Kamis, 24 Februari 2011

Penanggulangan tempat pelacuran

Pelacuran merupakan masalah yang tidak hanya melibatkan pelacurnya saja, tetapi lebih dari itu yaitu merupakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti germo, para calo, serta konsumen-konsumen yang sebagian besar pelakunya merupakan laki-laki yang sering luput dari perhatianaparat penegak hokum.
Penanggulangan pelacuran merupakan masalah yang kompleks rumit. Dikatakan kompleks, karena masalah pelacuran menyangkut kehidupan manusia yang disebabkan oleh berbagai aspek seperti sosial, budaya, ekonomi, ketertiban dan keamanan lingkungan. Penanggulangan pelacuran dikatakan rumit, karena menyangkut sikap mental sehingga penanggulangannya harus secara professional dengan rencana yang matang serta pelaksanaan kegiatan yang terarah, terpadu dan berkesinambungan.
Perempuan pelacur bukanlah satu-satunya pemikul tanggungjawab ketika praktek-praktek pelacuran tumbuh subur dan berkembang di kota-kota besar. Dengan ini menunjukkan adanya ketidakadilan gender karena pihak konsumen pelacur yang sebagian besar laki-laki tidak dapat dikenakan sanksi. Dimana pihak perempuan dianggap mendorong timbulnya pelacuran karena perempuan selalu dijadikan obyek kekuasaan laki-laki, artinya perempuan dapat diinginkan atau dicampakkan kalau sudah tidak diperlukan lagi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penanggulangan pelacuran yaitu dengan langkah preventif dan represif. Langkah preventif yang dilakukandalam penanggulangan pelacuran, yaitu dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai penanggulangan pelacuran. Penyuluhan diberikan kepada tokoh-tokoh masyarakat, pemuda anggota karang taruna, ibu- ibu anggota PKK diberbagai desa dan kelurahan yang menjadi lokasi pelacuran. Selanjutnya tindakan yang tergolong sebagai langkah represif yaitu melakukan tindakan terhadap penanggulangan pelacuran yang ada tidak dengan hukum pidana, melainkan hanya germonya dan perdagangan perempuan yang dapat diancam pidana.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan, bahwa proses terjadinya degradasi nilai moral pada tiap-tiap pelacur bersifat unik. Setiap orang memiliki sejarah dan pola kecenderungannya masing-masing. Mesksi demikian, terdapat kecenderungan umum bahwa seorang perempuan terjerumus ke dalam prostitusi disebabkan oleh tiga hal.
1. Akibat tekanan ekonomi atau akibat kemiskinan. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya pelacur yang berasal dari masyarakat prasejahtera;
2. Akibat rendahnya pendidikan yang dinikmati para pelacur. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya pelacur yang mengenyam sekolah hanya sampai tingkat SD, bahkan buta huruf sama sekali. Semakin tinggi tingkat sekolahnya, semakin kecil prosentasi mereka menjadi pelacur.
3. Akibat menjadi korban gaya hidup (life style).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar